FARMASI FISIKA
Sistem zat Padat
SENYAWA KIMIA
Senyawa kimia adalah zat kimia murni yang terdiri dari dua atau
beberapa unsur yang dapat dipecah-pecah lagi menjadi unsur-unsur pembentuknya
dengan reaksi kimia tersebut. Contohnya, dihidrogen
monoksida (air, H2O) adalah sebuah senyawa yang terdiri dari dua atom hidrogen
untuk setiap atom oksigen.
AMORF: Amorf adalah zatpadat yang susunan atom ataumolekulnyatidakteratur
KRISTAL: Kristal atau hablur adalah
suatu padatan yang atom molekul atau ion penyusunnya terkemas secara teratur
dan polanya berulang melebar secara tiga dimensi
Perbedaan amorf dan
kristal :
A.
Padatan amorf:
1. Hanya ada suatu tatanan jarak dekat
dalam padatan amorf
2.
Padatan amorf tidak memiliki titik leleh yang jelas; mereka melunak dalam
berbagai suhu.
3.
Padatan amorf menjalani pemecahan tak teratur atau conchoidal
4.
Padatan amorf yang isotrofik: sifat bebas dari arah di mana mereka diukur.
5.
Kurang keras
Contoh padatan amorf adalah Serat kaca, Cellophane, Teflon, Polyurethane,
Napthalene, dan Polyvinyl chloride.
B.
Padatan kristal:
1. ada
suatu tatanan jarak jauh dalam kristal.
2.
Titik Lelehnya pada suhu yang jelas.
3.
Padatan kristal dapat dibelah di sepanjang bidang tepat.
4.Padatan
Kristal, pada umumnya anisotrofik (artinya, sifat-sifat mereka seperti
konduktivitas listrik, indeks bias, ekspansi termal dll pada arah yang
berbeda).
5.
Lebih keras
Contoh
padatan Kristal: Tembaga, Kalium nitrat, asam benzoat
1.
Kristal
Real / polikristalin : Polikristalin yang tidak sempurna disebabkan kacacatan
atau defek dari Kristal.
2.
Kristal
ideal : Kristal tunggal yang sempurna tanpa cacatn pada penempatan kisi-kisi
kristalnya.
3.
Semi
Kristalin: Zat padat yang tersusun dari Kristalin dan Amorf (contoh : avicell,
paravin, selilose mikrokristalin)
4. Habit Kristal: Kristal yang mana bentuk eksternalnya berbeda
sedangkan bentuk internalnya sama,
biasanya terjadi karena adanya kejenuhan dari suatu larutan/rekristalisasi.
5.
Polimorf
: Senyawa organik yang memiliki bentuk Kristal dan energi yang berlainan.
6.
Monotropi
: Modifikasi polimorf yang terjadi secara irreversible yang berlangsung satu
arah dari bentuk metastabil kebentuk stabil.
7.
Enantiotrop:
Perubahan terjadi secara reversible pada tekanan dan suhu tertentu.
8.
.Pseudopolimorf
/polimorf semu: Suatu senyawa hidrad atau solvate yang membentuk struktur
Kristal pada saat rekristalisasi.
9.
Kristal
Hidrat: Senyawa kristal padat yang mengandung air kristal (H2O).
10.
Kristal
Solvat: Obat yang bergabung dengan molekul pelarut untuk menambah bentuk
kristal.
11.
Kristalin: Zat padat yang susunan atomnya
teratur dan berulang dalam ruang tiga dimensi, sehingga membentuk suatu
struktur.
·
Amorf : Zat padat yang susunan atomnya
tidak teratur.
(lebih
mudah cepat larut dalam air dari pada kristalin karena ikatan antar molekulnya
tidak kuat)
·
Semi kristalin : Zat padat yang tersusun dari Kristalin dan
Amorf (contoh : avicell, paravin, selilose mikrokristalin)
·
Habit Kristal : Kristal yang mana bentuk eksternalnya
berbeda sedangkan bentuk internalnya sama, biasanya terjadi karena adanya
kejenuhan dari suatu larutan/rekristalisasi.
·
Polimorf : Senyawa organic yang memiliki bentuk
Kristal dan energi yang berlainan.
a.Monotropi : Modifikasi polimorf ysng terjadi secara
irreversible yang berlangsung satu arah dari bentuk metastabil kebentuk stabil.
b.Enantiotrop
: Perubahan terjadi secara reversible pada tekanan dan suhu tertentu.
c.
Pseudopolimorf / polimorf semu : Suatu senyawa hidrad atau solvate yang
membentuk struktur Kristal pada saat rekristalisasi.
d. Kristal Real / polikristalin :
Polikristalin yang tidak sempurna disebabkan kacacatan atau defek dari Kristal.
e. Kristal ideal : Kristal tunggal yang sempurna tanpa cacatn
pada penempatan kisi-kisi kristalnya.
f. Kristal Hidrat : senyawa kristal padat yang
mengandung air kristal (H2O).
g. Kristal Solvat : obat yang bergabung
dengan molekul pelarut untuk menambah bentuk Kristal.
h. Kristal simetri : suatu Kristal yang
memiliki titik pada titik yang identik pada sisi yang berseberangan pada
permukaan Kristal.
Ø Perbedaan Kristal dan
Amorf
Terdapat berbagai cara
untuk mengklasifikasikan padatan, yang meliputi berbagai bahan. Namun,
klasifikasi yang paling sederhana adalah membaginya menjadi dua golongan, yaitu
: padatan kristalin yang partikelnya tersusun teratur dan padatan amorf yang
keteraturannya kecil atau tidak ada sama sekali.
Bahan Kristalin
Kristal (Crystalline),
merupakan definisi struktural dari suatu material, dimana atom-atomnya tersusun
secara teratur berdasarkan panjang dan sudut ikatan yang teratur. Meskipun
demikian, dapat pula dijumpai adanya penyimpangan struktural pada beberapa
jenis material.
Sebuah kristal ideal
disusun oleh satuan-satuan struktur yang identik secara berulang-ulang yang tak
hingga di dalam ruang. Semua struktur kristal dapat digambarkan atau dijelaskan
dalam istilah-istilah lattice (kisi) dan sebuah basis yang ditempelkan pada
setiap titik lattice (kisi). Kristal yang umum kita lihat adalah natrium
khlorida, tembaga sulfat hidrat, dan kuarsa. Letak partikel penyusun padatan
kristalin (ion, atom atau molekul) biasanya dinyatakan dengan kisi,
dan letak setiap partikel disebut titik kisi. Satuan pengulangan terkecil
kisi disebut dengan sel satuan.
Sel satuan digambarkan dengan garis tebal.
Jarak antar dua titik sepanjang ketiga sumbu didefiniskan sebagai a, b dan c.
Sudut yang dibuat antar dua sumbu didefinisikan sebagai α, β dan γ. Sel satuan
paling sederhana adalah kubus. Tiga sumbu kubus dan beberapa sel satuan lain
tegak lurus satu sam lain, namun untuk sel satuan lain sumbu-sumbu itu tidak
saling tegak lurus. Faktor yang mendefinisikan sel satuan adalah jarak antar
titik dan sudut antar sumbu. Faktor-faktor ini disebut dengan tetapan
kisi kadang disebut juga parameter kisi (Gambar 1).
Di tahun 1848,
kristalografer Perancis Auguste Bravais (1811-1863) mengklasifikasikan kisi
kristal berdasarkan simetrinya, dan menemukan bahwa terdapat 14 jenis kisi kristal
seperti ditunjukkan dalam Gambar 2. Kisi-kisi ini disebut dengan kisi
Bravais. Ke-empat belas kisi diklasifikasikan menjadi tujuh sistem
kristal. Dalam buku ini, hanya tiga sistem kubus yang dikenal baik: kubus
sederhana, kubus berpusat badandan kubus berpusat muka yang
akan dibahas.
Gambar 2. Kisi Bravais
Kristal diklasifikasikan
dalam 14 kisi Bravais dan 7 sistem kristal.
Padatan Amorf
Amorf (Amorphous), merupakan definisi struktural dari suatu
material, dimana atom-atomnya tersusun secara tidak teratur, sehingga panjang
dan sudut ikatan antar atom juga tidak teratur. Kasus inilah yang diketahui
sebagai bentuk penyimpangan struktural. Susunan partikel dalam padatan amorf
sebagian teratur dan sedikit agak mirip dengan padatan kristalin. Namun,
keteraturan ini, terbatas dan tidak muncul di keseluruhan padatan. Banyak
padatan amorf di sekitar kita, seperti: gelas, karet dan polietena memiliki
keteraturan sebagian (Gambar 3.).
Gambar 3. (a) Padatan
kristalin dan (b) amorf
Terdapat perbedaan besar dalam keteraturan partikel penyusunnya.
Terdapat perbedaan besar dalam keteraturan partikel penyusunnya.
Sudut dan panjang ikatan
antar atom pada struktur amorf sangat tidak teratur. Akibat ketidakteraturan
ini, beberapa teori zat padat menjadi tidak berlaku (Misal Teorema Bloch, Efek
Hall, dll). Oleh karena itu, analisa sifat-sifatnya sebagian besar menggunakan
metode pendekatan material kristalinnya dengan mengacu pada hasil-hasil
pengukuran eksperimental.
3. Mikrostruktur kramik
Struktur mikro bahan didefinisikan sebagai sebuah
bahan atau materi yang berukuran mikro (10-6 m). Mikro struktur
bahan akan dapat menentukan sifat kimia , fisika , dan mekanis dari suatu
material, dan karenanya material akan dapat menentukan kemampuan rekayasa bahan
itu dalam dunia industry (rekayasa fabrikasi) material.
Sebagai padatan kristalin maka struktur mikro kramik bisa dalam
bentuk Kristal tunggal atau polikristalin yang mempunyai banyak
bijian. Ukuran butiran sangat mempengaruhi sifat-sifat keramik. Butiran yang
berukuran kecil adalah lebih kuat dan liat, dan dinamai keramik halus atau
keramik modern.
single Kristal atau monocrystalline yang solid merupakan bahan
dimana kisi Kristal dari seluruh sampel kontinu dan tak terputus ke tepi sampel
tanpa batas butir atau dengan kata lain susunan atom –atomnya berulang secara
periodik sempurna. Tidak adanya cacat terkait dengan batas butir dapat
memberikan monocrystals sifat unik , terutama sifat mekanik, optik dan listrik,
yang juga dapat anisotropik, tergantung pada jenis kristalografi struktur.
Grain
boundary
|
Contoh single Kristal keramik yakni saffir (single-crystal alumina)
polikristalin adalah kumpulan dari sejumlah single Kristal atau disebut
grain (butir).
Ukuran grain dalam keramik berkisar 1-50 mikrometer dan hanya bisa dilihat
dengan mikroskop. Ukuran dan bentuk grain dan distribusinya menggambarkan
mikrostuktur kramik.
Contoh kermaik yang memiliki struktur polikristal banyak sekali, salah
satunya yakni alumina/hidroksiapatif, MgO, SiC, CaO, SrO, BaO, ZrO2 dan
masih banyak yang lainnya
.
KELARUTAN
-
Kelarutan
: Kadar zat terlarut yang membentuk larutan jenuh pada suhu tertentu.
-
Larutan : Suatu system homogen yang terdiri
dari dua komponen atau lebih. (ada interaksi antara solute dengan solven)
- Interaksi Solut dengan Solven :
Pelepasan
molekul dari fase solute pada suhu tertentu
Pembentukan
rongga dalam solven yang cukup besar untuk menerima solute
Mengakomodasi
solute dalam rongga solven.
-
Solven Polar
~
Tetapan dielektriknya tinggi
~
Larut pada pelarut polar
~
Ada jembatan Hidrogen
-
Solven non polar
~
Tetapan dielektrik rendah
~
Tidak dapat membentuk ikatan hydrogen
~
Larut dalam pelarut non polar
-
Solven semipolar
~
Sebagai intermediate solven
~
Menginduksi senyawa nonpolar dengan derajat kepolaran tertentu
~
meningkatkan interaksi gugus solute nonpolar dengan solven polar
-
Cara Peningkatan kelarutan:
~.
Penyesuaian pH
~.
Pembentukan garam atau ester yang larut
~.
Pembentukan senyawa yang kompleks
~.
Pelarut campuran
~.
Hidrotropi
~.
Solubilisasi Misel (surfaktan)
-
Factor-faktor yang mempengaruhi kelarutan
Factor
fisika ( Suhu dan Tekanan)
Strukturv
molekul dan muatan elektrik
Faktor
kimia ( Reaksi asam-basa,senyawa kompleks, solubilisasi, kosolvensi, penambahan
zat lain)
~
Salting Out : Peristiwa adanya zat terlarut tertentu yang mempunyai kelarutan
lebih besar dibanding zat utama, akan menyebabkan penurunan kelarutan zat utama
atau terbentuknya endapan karena ada reaksi kimia
~
Salting in : adanya zat terlarut tertentu yang menyebabkan kelarutan zat utama
dalam solvent menjadi lebih besar.
~
Hidrotripi : Adalah peningkatan kelarutan dari bahan yang tidak larut atau
sdikit larut dengan bahan-bahan yang tidak aktif pada permukaan (seperti NaCl
dan Urea).
DISOLUSI
-Proses
dimana suatu senyawa dapat melarut.
-
Laju disolusi : jumlah senyawa obat terlarut persatuan waktu pada kondisi antar
muka cair/padat, suhu dan komposisi pelarut standar.
-Tahapan
proses disolusi
Melarutnya
bahan padat pada permukaan
-Terbentuknya
lapisan jenuh (stagnant layer)
-Berlangsung
cepat
Difusi
solute dari stagnan layer ke media
-
Kondisi “sink” adalah kondisi dimana volume media relative besar, yaitu 3x
volume saturasi/ 3x volume dimana penjenuhan suatu zat.
- Metode uji disolusi
Alat
Wadah
(kapasitas 1000ml, gelas dengan dasar bundar)
Media
disolusi (pH toleransi o,5 ; tidak ada gelembung yang terlarut karena dapat
mempengaruhi hasil)
Suhu
Kecepatan
pengadukan
Uji kesesuaian alat
Waktu
pengambilan sampelLokasi pengambilan sampel
Kriteria
penerimaan
-
Faktor yang mempengarugi laju disolusi
Sifat
isiko kimia bahan obat
Formulasi
Pemilihan
eksipien
Prosesing
Urutan
penambahan bahan, dan cara tabletasi seperti CK, CL, GB.
Kemasan
dan cara penyimpanan
Kelembabab
Alat
disolusi dan parameter pengujian
-.
Geometri dan kesejajaran
-.
Kecepatan pengadukan
-.
Lokasi pengambilan sampel
-.
Vibrasi
-.
Tipe alat pengaduk
Media
disolusi
-.
Gas terlarut ~ dapat mengubah pH media
-.
pH media
-.
Vol media
-.
Suhu media
-.
Pola aliran dalam media
-.
Sorpsi
DaftarPustaka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar